Pekanbaru – Relawan MER-C, Farid Zanzabil Al Ayubi, mengungkap Israel pernah mengancam RS Indonesia di Gaza Utara melalui telepon. Hal itu terjadi sebelum ia bersama pasien lainnya dievakuasi ke Gaza Selatan.
Farid bercerita, sebelum kepulangannya ke Indonesia, Israel sempat memberikan ancaman kepada Direktur RS Indonesia Atef Al-Kahlout melalui sambungan telepon. Kala itu, Israel meminta agar RS Indonesia segera dikosongkan sebelum pukul 04.00 WIB.
“Ucapannya gini, ‘Saya akan masuk ke RS Indonesia pada jam 4 sore’. Waktu itu tanggal 22 November,” kata Farid di kantor MER-C, Jakarta Pusat, Rabu (13/12/2023).
“Maka kalian sebelum jam 4 itu harus mengosongkan rumah sakit,” sambungnya.
Namun, perintah itu tidak diiyakan begitu saja oleh Atef. Dokter itu memikirkan nasib 200 pasien dan karyawan yang masih berada di Rumah Sakit Indonesia dan melakukan diskusi singkat dengan Israel.
Hasilnya, pihak Israel berjanji akan mengirim kebutuhan evakuasi untuk ratusan orang yang masih tersisa di RS Indonesia.
“Mereka itu mau ngasih empat bus waktu itu. Empat bus ini hanya cukup 50 orang. Sedangkan pasien 200 orang. Nggak cukup. Cuma buat pasien waktu itu,” ungkapnya.
“Dokter menolak. ‘Nggak, saya nggak mau.’ Ya sudah waktu itu genting. Semua panik, khawatir karena mereka mau ke mana? Yang kedua, mereka kalau mau keluar juga tank-tank itu kurang lebih 500 meter dari RS Indonesia,” imbuh dia.
Farid mengatakan hal yang menyeramkan pada saat itu adalah moncong-moncong tank Israel untuk menembak sudah diarahkan tepat ke RS Indonesia. Hal itu membuat suasana mencekam semakin menjadi-jadi. Tenaga medis terkepung, begitu pun pasien-pasien di dalamnya.
“Bahkan sebelum kami dievakuasi pun mereka berani menyerang RS. Kalau nggak salah di lantai 3 atau 2 saya waktu itu kurang jelas lihatnya. Itu mereka sudah berani menembak dari tank mereka, sampai 12 orang seketika syahid,” tuturnya.
“Padahal 12 orang itu korban luka-luka dari agresi mereka sendiri. Jadi mereka lagi istirahat di ruangan itu. Seketika dibom,” lanjutnya.
Menurut Farid, peristiwa itu semakin membuat suasana mencekam meliputi proses evakuasi. Bahkan 12 jenazah yang mati syahid belum dikuburkan lantaran tak tahu harus dimakamkan di mana dan siapa yang menguburkannya.
Namun, setelah mereka melaksanakan salat Zuhur, tiba-tiba ada tambahan bus dan 11 ambulans yang datang untuk mengevakuasi penghuni RS Indonesia, sebelum pukul 4 sore.
“Semua waktu itu siap di basement untuk keluar. Alhamdulillah waktu itu kami langsung dapat bus nomor 1 dan ketika itu di bus, kami juga bersama orang-orang yang luka. Yang kakinya buntung, nggak bisa jalan,” ucapnya.
“Bahkan, kami satu bus sama orang-orang yang sekarat,” pungkasnya.