Jakarta – Demam berdarah atau demam dengue disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Ketika nyamuk tersebut menggigit manusia, virus masuk ke dalam tubuh.
Spesialis penyakit dalam dari Kelompok Staf Medis RSUPN Dr. Cipto Mangungkusumo, Leonard Nainggolan, mengingatkan pasien demam berdarah dengue (DBD) perlu minum banyak air mengandung gula dan elektrolit. Pasalnya, penyerapan air mengandung gula dan elektrolit di usus lebih tinggi dibanding air biasa. Leonard menjelaskan saat orang terkena demam berdarah, proses yang paling ditakuti adalah kebocoran plasma atau cairan darah yang menyebabkan merembes keluar dari pembuluh darah ke jaringan di sekitar.
“Kalau darah merembes keluar membuat darah jadi kental sehingga kalau tak ditangani dengan baik bisa menimbulkan syok, di mana tekanan darahnya drop dan nadinya cepat sehingga dianjurkan minum yang banyak supaya mengganti cairan yang keluar tersebut,” jelasnya dalam diskusi bertema “Waspada Penyakit DBD”, Selasa, 24 Oktober 2023.
Perhatikan gejala
Pemberian air mengandung gula dan elektrolit sudah bisa mulai dilakukan saat pasien menunggu hasil pemeriksaan dokter atas gejala seperti muntah dan bintik-bintik merah pada kulit.
“Kalau ada muntah, bintik-bintik merah, sebaiknya ke pelayanan kesehatan masyarakat, ke dokter atau puskesmas, jadi enggak bisa lagi ditunda supaya memastikan itu kemungkinan demam berdarah atau enggak,” kata Leonard.
Gejala lain demam berdarah juga meliputi demam mendadak yang tinggi, mencapai suhu hingga 39 derajat Celcius dan berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, kemudian turun dengan cepat. Gejala lain yang biasanya terjadi termasuk nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri di belakang mata, otot dan tulang, ruam kulit kemerahan, kesulitan menelan makanan dan minuman, gusi berdarah, mimisan, dan buang air besar berwarna hitam. Kelompok yang rentan terserang dengan kondisi lebih berat adalah anak kecil dan lansia.
“Kalau anak kecil karena imunitasnya belum sempurna. Kalau orang tua biasanya karena ada penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, selain pembuluh darahnya juga lebih rapuh sehingga risiko terkena demam berdarah lebih berat, lebih tinggi,” tutur Leonard.
Sumber : Tempo